Adapun
Khadijah adalah orang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan yang
pertama kali masuk Islam. Beliau adalah seorang istri yang mencintai suaminya
dan juga beriman. Berdiri mendampingi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suami
yang dicintainya untuk menolong, menguatkan dan membatunya. Serta menolong
beliau dalam smenghadapi kerasnya gangguan dan ancaman, sehingga dengan hal
itulah Allah meringankan beban Nabi-Nya.
Tidaklah beliau mendapatkan sesuatu
yang tidak disukaimya, baik penolakan maupun pendustaan yan menyedihkan beliau
kecuali Allah melapangkannya melalui istrinya bila beliau ke rumahnya. Beliau
(Khadijah) meneguhkan pendiriannya, menghiburnya, membenarkannya dan
mengingatkan tidak berartinya celaan manusia pada beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam. Dan ayat-ayat Al-Qur’an sjuga mengikuti (meneguhkan Rasulullah).
“Hai
orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan
Rabb-mu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa
tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-mu, bersabarlah!”
(Al-Mudatsir: 1-7)
Sehingga
sejak saat itulah Rasulullah yang muliah memulai lembaran hidup baru yang pebuh
barakah dan sbersusah payah. Beliau katakan kepada sang istri yantg beriman
bahwa masa untuk tidur dan bersenag-senang sudah habis. Khadijah turut
mendakhwahkan Islam di samping suaminya.
Mulailah
ujian yang keras menimpa kaum muslimin dengan berbagai macam bentuknya, akan
tetapi Khadijah sberdiri kokoh bak sebuah gunung yang tegar kokoh dan kuat.
Beliau wujudkan ujudkan dalam firman Allah
“Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami berinan’,
sedangkan mereka tidak diuji lagi?” (Al-Ankabur: 1-2)
Allah
memilih kedua putranya yang bernama Abdullah dan Al-Qasim untuk menghadap Allah
tatkala keduanya masih kanak-kanak, sedangkan Khadijah tetap bersabar. Beliau
juga melihat dengan mata kepalanya bagaimana syahidah pertama dalam Islam yang
bernama Sumayyah tatkala menghadapi sakaratul maut karena siksaan para thagnut
hingga jianya menghadap sang Pencipta dengan penuh kemulyaan.
Beliau juga
harus sberpisah dengan putrinya dan buah hatinya yang bernama Ruqayyah istri
dari Utsman bin Affan karena putrinya hijrah ke negeri Habsyah untuk
menyelamatkan diennya dari gangguan orang-orangs musyrik. Beliau saksikan dari
waktu ke waktu yang penuh dengan kejadian besar dan permusuhan, akan tetapi
tidak adsa istilah putus asa bagi seorang mujahidah. Beliau laksanakan setiap
saat apa yang difirmankan oleh Tabaraka
wa Ta’ala
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhaap hartamu dan
dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-
sungguh akan mendengar dari orang-orang yang
mempersekutukan Allah, ganguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu
bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian situ termasuk urusan
yang patut diutamakan.” (Ali-Imran: 186)
Sebelumnya,
beliau juga telah menyaksikan seluruh kejadian yang menimpa suminya Al-Amin
Ash-Shadiq yang mana beliau berdakwah di jalan Allah, namun beliau smenghadapi
segala musibah denan kesabaraba. Semakin bertambah berat ujian semakin
bertambahlah kesabaran dan kekuatannya. Beliau sampakkan seluruh bujukan
kesenangan dunia yang menipu yang hendak ditawarkan dengan aqidahnya. Dan
pada saat-saat itu beliau bersumah
dengan sumpah yang menunjukkan keteguhan dalam menetapi kebenaran yang belum
pernah dikenal orang sebelumnya dan tidak bergeming darsi prinsipnya walau
selangkah semut. Beliau bersabda:
“Demi Allah wahai paman, seandainya mereka mampu
meletakkan matahari di tanan kanan saya dn bulan di tanan kiri saya agar aku
meninggalkan urusan dakhwah ini, maka sekali-kali aku tidak akan
meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenanya.”
Begitulah
sayyidah mujahidah tersebut ltlah mengambil suaminya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sebagai contoh yang paling agung dan tanda yang paling nyata
tentang keteguhannya di atas iman. Oleh karena itu kita mendapatkan tatkala
orang-orang Quraisy mengumumkan pemboikotan mereka kepada kamum muslimin untuk
menekan dalam bidang politik, ekonomi, dan kemasyarakatan dan mereka tulis naskah
pemboikotan tersebut kemudian mereka tempel pada dinding ka’bah.
Khadijah
tidak ragu untuk bergabung dengan kaum muslimin bersama dengan kaumnya Abu
Thalib dan beliau tinggalkan kampung halaman tercinta untuk menempa kesabaran
selama tiga tahun bersama Rasul dan orang-orang yang menyertai beliau menghaapi
beratnya pemboboikan yang pebuh dengan kesusahan, dan menghadapi
kesewenang-wenangan para penyembah berhala. Hingga berakhirlah pemboikotan yang
telah beliau hadapi dengan iman, tulus dan tekad baja tak kenal lelah. Sungguh
Sayyidah Khdijah telah mencurahkan segala kemampuannya untuk menghadapi ujian
tersebut di saat berumur 65 tahun. Selanmg enam bulan sestelah berakhirnya
pemboikotan itu wafatlah Abu Thalib, kemudian menyusul pula seorang mujahidah
yang sabar semoga Allah meridhai beliau, yakni tiga tahun sebelum hijrah.
Dengan
wafatnya Khadijah, maka meningkatlah musibah yang Rasul hadapi. Karena bagi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Khadijah adalah teman yang tulus dalam
memperjuangkan Islam.
Begitulah nafsul muthmainnah telah pergi menghadap
Rabb-Nya setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan, setelah beliau
berhasil menjadi teladan terbaik dan paling tulus dalam berdakhwah di jalan
Allah dan berjihad di jalan-Nya.
Dalam hubungannya beliau menjadi seorang istri
yang bijaksana, maka beliau mampu meletakkan urusan susai dengan tempatnya, dan
mencurahkan segala kemampuannya untuk mendatangkan keridhaan Allah dan
Rasul-Nya. Karena itulah beliau berhak mendapatkan salam dari Rabb-nya, dan
mendpat kabar gembira dengan rumah di jannah yang terbuat dari emas, tidak ada
kesusahan di dalamnya dan tidak ada pula keributan di dalamnya. Karena itu pula
Rasulullah bersabda :
“Sebaik-baik wnita adalah Maryan binti Imran,
sebaik-baik wnita adalah Khadijah binti Khualid.”
Ya Allah
ridhailah Khadijah binti Khuwalid, As-Sayyidah Ath-Thahirah. Seorang istri yang
setia dan tulus, mukminah mujahidah di jalan dienmnya dengan seluruh apa yang
dimilikinya dari perbendaharaan dunia. Semoga Allah memberikan balasan yang
palin baik karena jasa-jasanya terhadap Islam dan kaum muslimin.
Sumber :
Buku:
Wanita-wanita Teladan Di Masa Rasulullah_Mahmud Mahdi Al Istanbulli, Mustasfa
Abu An Asy Syalabi
Sign up here with your email
1 comments:
Write commentsmantap jiwaaa :D
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon