ABBAD BIN BISYR, adalah salah seorang sahabat yang tidak asing lagi
dalam sejarah dakwah Islamiyah. Ia tidak hanya termasuk di antara para ‘abid
(ahli ibadah), bertaqwa, dan menegakkan shalat setiap mlam dengan membaca
beberapa juz Al-Qur’an, tapi juga tergolong kalangan para pahlawan, yang gagah
berani dalam menegakkan kalimat ALLAH. Tidak hanya itu, ia juga seorang
penguasa yang cakap, berbobot, dan dipercaya dalam usrusan harta kekayaan kaun
muslimin.
Pada suatu malam Rasulullah sedang melaksanakan shalat tahajud di
rumah Aisyah yang berdempetan dengan masjid. Terdengar oleh beliau suara Abbad
bin Bisyr membaca Al-Qur’an dengan suara yang merdu, laksana suara Jibril
ketika menurunkan wahyu ke dalam hatinya.
Abbad bin Bisyr turut berperang bersama-sama Rasulullah dalam setiap
peperangan yang beliau pimpin. Dalam peperangan-peperangan itu dia bertugas
sebagai pembawa Al-qur’an. Ketika Rasulullah kembali dari peperangan Dzatur
Riqa’, beliau beristirahat dengan seluruh pasukan musim di lereng sebuah bukit.
Abbad bin Bisyr dan Ammar bin Yasir bertugas jaga pada malam itu.
Ketika keduanya keluar mulut jalan (pos penjagaan), Abbad bin Bisyr bertanya
kepada Ammar,”Siapa di antara kita yang berjaga lebih dahulu?”
“Saya yang tidur lebih dahulu!” jawab Ammar yang bersiap-siap untuk
berbaring tidak jauh dari tempat penjagaan.
Suasana malam itu tenang, sunyi dan nyaman. Bintang,
pohon-pohon dan batu-batuan seakan bertasbih memuji kebesaran ALLAH. Hati Abbad
tergiur hendak turut melakukan ibadah. Dalam sekejap iapun larut dalam manisnya
ayat-ayat Al-Qur’anyang dibacanya dalam shalat.
Ketika ia sedang bertasbih dalam cahaya Ilahi yang meningkat
tinggi, seorang laki-laki datang memacu langkah tergesa-gesa. Laki-laki itu
melihat dari kejauhan seorang hamba ALLAH sedang berabah di mulut jalan.
Orang itu segera menyiapkan panah dan memanah Abbad tepat
mengenainya. Abbad mencabut panah yang
bersarang di tubuhnya sambil meneruskan bacaan dan tenggelam dalam
shalat. Orang itu memanah lagi dan mengenai Abbad dengan jitu. Abbad mencabut
juga anak panah kedua ini dari tubuhnya seperti yang pertama. Kemudian orang
itu memanah lagi. Abbad mencabutnya lagi seperti dua buah panah yang terdahulu.
Giliran jaga bagi Ammar bin Yasir pun tiba. Abbad merangkak ke
dekat saudaranya yang tidur itu, lalu membangunkannya seraya berkata, “Bangun!
Aku terluka parah dan lemas!”
Sementara itu, ketika mereka berdua, si pemanah buru-buru melarikan
diri. Ammar menoleh kepada Abbad. Dilihatnya darah mengucur dari tigah buah
lubang di tubuh Abbad.
“Subhanallah! Mengapa kamu tidak membangunkanku ketika panah pertama mengenaimu?” tanyanya keheranan.
“Aku sedang membaca Al-Qur’an dalam shalat. Aku tidak ingin
memutuskan bacaanku sebelum selesai. Demi ALLAH, kalaulah tidak karena takut
akan menyia-nyiakan tugas yang dibebankan Rasulullah, menjaga mulut jalan
tempat kaum muslimin berkemah, biarlah tubuhku putus daripada memutuskan bacaan
dalam shalat,” jawab Abbad.
Ketika perang dalam rangka memberantas orang-orang murtad
berkecamuk di masa Abu Bakar, khalifah menyiapkan pasukan besar untuk menindas
kekacauan yang ditimbulkan oleh Musailamah Al-Kadzdzab. Abbad bin Bisyr
termasuk pelopor dalam ketentaraan tersebut.
Abbad dan pasukannya menyerbu memecah pasukan musuh dan menyebar maut dengan pedangnya. Kemunculannya menyebabkan pasukan Musailamah Al-Kadzab terdesak mundur dan melaikan diri ke Kebun Maut.
Di sana, dekat pagar tembok Kebun Maut, Abbad gugur sebagai syahid.
Tubuhnya penuh dengan dengan luka bekas pukulan pedang, tusukan lembing, panah
memancap. Para sahabat hampir tak mengenalinya, kecuali setelah melihat
beberapa tanda di bagian tubuhnya yang lain. Semoga ALLAH memberikan pahala
kepadanya dengan surga Firdaus seperti para syuhada’ lainnya. Aamiin.
Sumber: Buku “101 SAHABAT NABI”_Hepi Andi Bastoni
Sumber: Buku “101 SAHABAT NABI”_Hepi Andi Bastoni
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon